Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
Thursday, September 14, 2017
kematian Bisma,
Kematian pasukan Kurawa,
Kematian Pasukan Pandawa,
Kematian Raja Salya,
Kematian Satyaki,
kesatria yang gugur di pihak Pandawa
Edit
Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
Link : Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
Anda sedang membaca posting tentang Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda dan berita ini url permalinknya adalah https://cjdwto.blogspot.com/2017/09/sejarah-kematian-pihak-pandwa-dan.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
Link : Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
Pada Perang Baratayudha yang berlangsung selama 18 hari, banyak para kesatria yang gugur di medan Pertempuran Kurukshetra, baik dari pihak Kurawa maupun dari pihak Pandawa.
Tak terhitung jumlahnya dari Ribuan pasukan kedua belah pihak. Dari pihak Pandawa sendiri banyak kesatria yang gugur seperti Abimanyu Putra Arjuna, Gatotkaca Putra Werkudara, Raja Wirata, Raja Drupada, Srikandi, Drestadyumna.
KEMATIAN ABIMANYU
Pada hari kedua belas Perang Baratayudha, Duryodana memanggil Bhagadatta, Raja Pragjyotisha (di zaman sekarang disebut Assam, sebuah wilayah di India). Bhagadatta merupakan putera dari Narakasura, raja yang dibunuh oleh Kresna beberapa tahun sebelumnya.
Bhagadatta memiliki ribuan gajah yang berukuran sangat besar sebagai kekuatan pasukannya, dan ia dianggap sebagai ksatria terkuat di antara seluruh kesatria penunggang gajah pada zamannya.Bhagadatta menyerang Arjuna dengan mengendarai gajah raksasanya yang bernama Supratika. Pertempuran antara Arjuna melawan Bhagadatta terjadi dengan sangat sengit.
Saat Arjuna sibuk dalam pertarungan yang sengit, di tempat lain, empat Pandawa sulit mematahkan formasi Cakrabyuha yang disusun Drona. Yudistira melihat hal tersebut dan menyuruh Abimanyu, putera Arjuna, untuk merusak formasi Cakrabyuha, sebab Yudistira tahu bahwa hanya Arjuna dan Abimanyu yang bisa mematahkan formasi tersebut.
Saat Abimanyu memasuki formasi tersebut, empat Pandawa melindunginya di belakang. Namun, keempat Pandawa dihadang Jayadrata sehingga Abimanyu memasuki formasuki Cakrabyuha tanpa perlindungan.Akhirnya, Abimanyu dikepung oleh para ksatria Korawa, lalu tewas oleh serangan serentak.
Menjelang akhir hari kedua belas, setelah melalui pertarungan yang sengit, akhirnya Bhagadatta dan Sudarma gugur di tangan Arjuna. Sementara itu, Abimanyu gugur karena terjebak dalam formasi Cakrabyuha. Setelah mengetahui kematian putranya, Arjuna marah pada Jayadrata yang menghalangi usaha para Pandawa untuk melindungi Abimanyu. Ia bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari keempat belas. Ia juga bersumpah bahwa jika ia tidak berhasil melakukannya sampai matahari terbenam, ia akan membakar dirinya sendiri.
KEMATIAN GATOTKACA
Kepahlawanan Gatot Kaca berawal dari mulainya kekalahan demi kekalahan di pihak Kurawa. Setelah Resi Drona gugur di tangan Drestajumena, Prabu Sujudana nampak muram dan takut kekalahannya di ambang mata. Akhirnya Adipati Karna maju sebagai panglima perang.
Kresna memberi saran agar Gatot Kaca yang maju menghadapi tantangan Karna. Pasalnya, kesaktian dan kemampuan Gatot Kaca terbang akan mampu menghindari kegesitan Karna dalam memanah.
Sebelum berangkat ke medan laga, Gatot Kaca meminta bantuan Ki Lurah Semar untuk menahan Pandawa dan keturunannnya agar tidak keluar pada malam tersebut. Saat itu ada tiga raksasa, Alembana, Alembusa, dan Srenggiwana yang merupakan anak dari raksasa Jata Sura. Mereka hendak membalas dendam kematian ayah mereka yang tewas di tangan Bima.
Akhirnya Gatot Kaca bersama pasukan Pringgadani menghadapi pasukan Karna bersama prajurit Awangga. Pertempuran berlangsung seimbang.
Karna dan Gatot Kaca seolah mengamuk di medan laga. Karna sangat kesal anak panahnya tak mampu mengenai Gatot Kaca. Bahkan tak diduganya, Gatot Kaca mampu menyemburkan ribuan anak panah dari mulutnya. Anak panah tersebut hampir mengenai lengannya. Karna sangat murka.
Ia menimbang-nimbang untuk menggunakan senjata andalannya, Kontawijaya Danu, apalagi setelah melihat banyaknya prajurit Awangga yang tewas.
Di satu sisi, Gatot Kaca harus membagi konsentrasinya. Ada dua raksasa yang bersiap melumatnya. Satu raksasa, Srenggiwana telah tewas oleh keris sakti Bambang Irawan, putra Arjuna dengan putri Uluwati. Namun, Bambang Irawan juga tak tertolong karena lehernya sempat digigit.
Pertempuran berlanjut setelah matahari terbenam. Saat bulan tampak bersinar, Gatotkaca, putra Bima membunuh banyak kesatria, dan menyerang lewat udara.
Karna menghadapinya lalu mereka bertarung dengan sengit, sampai akhirnya Karna mengeluarkan Indrastra, sebuah senjata surgawi yang diberikan kepadanya oleh Dewa Indra.
Gatotkaca yang menerima serangan tersebut lalu memperbesar ukuran tubuhnya. Ia gugur seketika kemudian jatuh menimpa ribuan prajurit Korawa.
KEMATIAN RAJA DRUPADA DAN RAJA WIRATA
Pada saat terjadi perang saudara besar-besaran antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Dalam hal ini Drupada bertindak sebagai salah satu sekutu penting para Pandawa, sedangkan Drona berada di pihak Korawa.
Perang di Kurukshetra atau Baratayuda memakan waktu lebih dari sehari. Pada hari ke-15, Drona bertanding melawan Wirata raja Kerajaan Matsya. Dalam pertempuran tersebut Wirata tewas. Drupada kemudian maju menghadapi Drona. Pertempuran antara keduanya akhirnya dimenangkan oleh Drona. Drupada tewas di tangan bekas sahabatnya.
Drona sendiri akhirnya tewas pula pada hari yang sama setelah kepalanya dipenggal oleh Drestadyumna putra Drupada.
KEMATIAN SRIKANDI
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur.
Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
KEMATIAN DRESTADYUMNA
Setelah perang besar berakhir, putera dari Resi Drona, yaitu Aswatama, bersama dengan Krepa dan Kertawarma, melakukan pembalasan dendam dengan membantai hampir semua putera-puteri, cucu, dan kerabat Pandawa, termasuk yang menjadi korban adalah Drestadyumena sendiri, Srikandi, dan Pancawala. Pembantaian tersebut dilakukan pada malam hari, ketika pasukan Pandawa sedang tertidur lelap.
Pada perang Bharatayuddha, Drona,ayah Aswatama gugur karena siasat para Pandawa. Mereka sengaja membunuh gajah yang bernama Aswatama, agar Begawan Drona menjadi kehilangan semangat hidup, Resi Drona mengira yang tewas adalah Aswatama puteranya.
Untuk membalas dendam atas kematian ayahnya, Setelah perang Bharatayuddha berakhir, Aswatama menyelundup ke dalam istana Hastinapura. Ia berhasil membunuh Drestadyumna.
Tak terhitung jumlahnya dari Ribuan pasukan kedua belah pihak. Dari pihak Pandawa sendiri banyak kesatria yang gugur seperti Abimanyu Putra Arjuna, Gatotkaca Putra Werkudara, Raja Wirata, Raja Drupada, Srikandi, Drestadyumna.
KEMATIAN ABIMANYU
Pada hari kedua belas Perang Baratayudha, Duryodana memanggil Bhagadatta, Raja Pragjyotisha (di zaman sekarang disebut Assam, sebuah wilayah di India). Bhagadatta merupakan putera dari Narakasura, raja yang dibunuh oleh Kresna beberapa tahun sebelumnya.
Bhagadatta memiliki ribuan gajah yang berukuran sangat besar sebagai kekuatan pasukannya, dan ia dianggap sebagai ksatria terkuat di antara seluruh kesatria penunggang gajah pada zamannya.Bhagadatta menyerang Arjuna dengan mengendarai gajah raksasanya yang bernama Supratika. Pertempuran antara Arjuna melawan Bhagadatta terjadi dengan sangat sengit.
Saat Arjuna sibuk dalam pertarungan yang sengit, di tempat lain, empat Pandawa sulit mematahkan formasi Cakrabyuha yang disusun Drona. Yudistira melihat hal tersebut dan menyuruh Abimanyu, putera Arjuna, untuk merusak formasi Cakrabyuha, sebab Yudistira tahu bahwa hanya Arjuna dan Abimanyu yang bisa mematahkan formasi tersebut.
Saat Abimanyu memasuki formasi tersebut, empat Pandawa melindunginya di belakang. Namun, keempat Pandawa dihadang Jayadrata sehingga Abimanyu memasuki formasuki Cakrabyuha tanpa perlindungan.Akhirnya, Abimanyu dikepung oleh para ksatria Korawa, lalu tewas oleh serangan serentak.
Menjelang akhir hari kedua belas, setelah melalui pertarungan yang sengit, akhirnya Bhagadatta dan Sudarma gugur di tangan Arjuna. Sementara itu, Abimanyu gugur karena terjebak dalam formasi Cakrabyuha. Setelah mengetahui kematian putranya, Arjuna marah pada Jayadrata yang menghalangi usaha para Pandawa untuk melindungi Abimanyu. Ia bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari keempat belas. Ia juga bersumpah bahwa jika ia tidak berhasil melakukannya sampai matahari terbenam, ia akan membakar dirinya sendiri.
KEMATIAN GATOTKACA
Kepahlawanan Gatot Kaca berawal dari mulainya kekalahan demi kekalahan di pihak Kurawa. Setelah Resi Drona gugur di tangan Drestajumena, Prabu Sujudana nampak muram dan takut kekalahannya di ambang mata. Akhirnya Adipati Karna maju sebagai panglima perang.
Kresna memberi saran agar Gatot Kaca yang maju menghadapi tantangan Karna. Pasalnya, kesaktian dan kemampuan Gatot Kaca terbang akan mampu menghindari kegesitan Karna dalam memanah.
Sebelum berangkat ke medan laga, Gatot Kaca meminta bantuan Ki Lurah Semar untuk menahan Pandawa dan keturunannnya agar tidak keluar pada malam tersebut. Saat itu ada tiga raksasa, Alembana, Alembusa, dan Srenggiwana yang merupakan anak dari raksasa Jata Sura. Mereka hendak membalas dendam kematian ayah mereka yang tewas di tangan Bima.
Akhirnya Gatot Kaca bersama pasukan Pringgadani menghadapi pasukan Karna bersama prajurit Awangga. Pertempuran berlangsung seimbang.
Karna dan Gatot Kaca seolah mengamuk di medan laga. Karna sangat kesal anak panahnya tak mampu mengenai Gatot Kaca. Bahkan tak diduganya, Gatot Kaca mampu menyemburkan ribuan anak panah dari mulutnya. Anak panah tersebut hampir mengenai lengannya. Karna sangat murka.
Ia menimbang-nimbang untuk menggunakan senjata andalannya, Kontawijaya Danu, apalagi setelah melihat banyaknya prajurit Awangga yang tewas.
Di satu sisi, Gatot Kaca harus membagi konsentrasinya. Ada dua raksasa yang bersiap melumatnya. Satu raksasa, Srenggiwana telah tewas oleh keris sakti Bambang Irawan, putra Arjuna dengan putri Uluwati. Namun, Bambang Irawan juga tak tertolong karena lehernya sempat digigit.
Pertempuran berlanjut setelah matahari terbenam. Saat bulan tampak bersinar, Gatotkaca, putra Bima membunuh banyak kesatria, dan menyerang lewat udara.
Karna menghadapinya lalu mereka bertarung dengan sengit, sampai akhirnya Karna mengeluarkan Indrastra, sebuah senjata surgawi yang diberikan kepadanya oleh Dewa Indra.
Gatotkaca yang menerima serangan tersebut lalu memperbesar ukuran tubuhnya. Ia gugur seketika kemudian jatuh menimpa ribuan prajurit Korawa.
KEMATIAN RAJA DRUPADA DAN RAJA WIRATA
Pada saat terjadi perang saudara besar-besaran antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Dalam hal ini Drupada bertindak sebagai salah satu sekutu penting para Pandawa, sedangkan Drona berada di pihak Korawa.
Perang di Kurukshetra atau Baratayuda memakan waktu lebih dari sehari. Pada hari ke-15, Drona bertanding melawan Wirata raja Kerajaan Matsya. Dalam pertempuran tersebut Wirata tewas. Drupada kemudian maju menghadapi Drona. Pertempuran antara keduanya akhirnya dimenangkan oleh Drona. Drupada tewas di tangan bekas sahabatnya.
Drona sendiri akhirnya tewas pula pada hari yang sama setelah kepalanya dipenggal oleh Drestadyumna putra Drupada.
KEMATIAN SRIKANDI
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur.
Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
KEMATIAN DRESTADYUMNA
Setelah perang besar berakhir, putera dari Resi Drona, yaitu Aswatama, bersama dengan Krepa dan Kertawarma, melakukan pembalasan dendam dengan membantai hampir semua putera-puteri, cucu, dan kerabat Pandawa, termasuk yang menjadi korban adalah Drestadyumena sendiri, Srikandi, dan Pancawala. Pembantaian tersebut dilakukan pada malam hari, ketika pasukan Pandawa sedang tertidur lelap.
Pada perang Bharatayuddha, Drona,ayah Aswatama gugur karena siasat para Pandawa. Mereka sengaja membunuh gajah yang bernama Aswatama, agar Begawan Drona menjadi kehilangan semangat hidup, Resi Drona mengira yang tewas adalah Aswatama puteranya.
Untuk membalas dendam atas kematian ayahnya, Setelah perang Bharatayuddha berakhir, Aswatama menyelundup ke dalam istana Hastinapura. Ia berhasil membunuh Drestadyumna.
Demikianlah Info postingan berita Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda
terbaru yang sangat heboh ini Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda dan berita ini url permalinknya adalah https://cjdwto.blogspot.com/2017/09/sejarah-kematian-pihak-pandwa-dan.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
0 Response to "Sejarah Kematian Pihak Pandwa dan Pasukan Pandawa dalam Baratayuda"
Post a Comment