Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas

Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas
Link : Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas
Kangsa sesungguhnya bukanlah putra kandung Ugrasena. Dalam Bhagawata Purana dikisahkan, ada seorang raksasa yang terbang di atas kota Mathura dan terpesona melihat Padmawati, istri Ugrasena.


Raksasa itu kemudian menjelma menjadi Ugrasena dan bersetubuh dengan Padmawati. Dari hubungan itu lahirlah Kangsa. Kitab Padmapurana menyebutkan bahwa Gobila, teman dewa Kuwera terpesona dengan Padmawati saat sang putri berada di Widarbha.

Gobila menyamar menjadi Ugrasena, lalu merayu Padmawati. Mereka tinggal di Widarbha selama beberapa tahun. Saat Padmawati hamil, Gobila mengakui hal yang sebenarnya karena didesak Padmawati.

Akhirnya ia meninggalkan Padmawati, sementara Padmawati kembali ke Mathura. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kenyataan ini, termasuk Kangsa sendiri.

VERSI LAIN

Pada waktu Raja Darmaji berusaha mencari mahkota Bathara Rama, lalu pergi ke kerajaan Dwarawati. Ketika raja Darmaji datang, raja Dwarawati, Ditya Kresna sedang dihadap oleh Patih Muksamuka, Murkabumi, Muksala, Karungkala dan Gelapsara. Ditya Kresna menyapa dan bertanya maksud kedatangan Darmaji. Raja Darmaji meminta mahkota Bathara Rama yang dipakai Ditya Kresna. Namun Ditya Kresna tidak mau memberikannya, maka terjadilah perkelahian. Raja Darmaji mati karena digigit, dan putus perutnya.

Padmawati, isteri pertama Basudewa, cemburu akibat kehadiran Ugraini dan Badraini. Ia berusaha membunuh mereka namun gagal. Pada suatu malam Padmawati bertemu dengan raja Gorawangsa yang menyamar sebagai raja Basudewa. Padmwati tidak mengira bahwa yang dijumpainya adalah Basudewa palsu.

Namun padmawati menyambut dengan senang hati. Pertemuan padmawati dengan Basudewa palsu berkepanjangan, akhirnya Angsawati (padmawati) hamil.

Raja Basudewa sungguhan tidak mengetahui hal itu. Ia tidak mengerti bahwa isterinya hamil karena Gorawangsa. Pada bulan ketujuh, raja hendak mengadakan selamatan. Sang raja dan para pegawai istana hendak berburu ke hutan. Basusena bertugas menunggu kerajaan.

Pada suatu malam Basusena berkeliling di istana. Waktu tiba di tempat tinggal Angsawati ia mendengar suara tamu pria di kamar. Setelah dilihat, nampak bahwa pria dalam kamar itu adalah Basudewa. Setelah Basusena lama memandang, Basudewa nampak seperti raksasa. Basudewa palsu diserang, terjadilah perkelahian. Basusena mengenakan senjata, lalu Basudewa palsu berubah menjadi Gorawangsa. Raksasa Gorawangsa lari kembali ke negara Jadingkik.

Basusena kembali ke hutan, melapor peristiwa yang terjadi di istana. Dikatakannya, Angsawati berbuat serong dengan raksasa. Raja Basudewa marah, Basusena disuruh membawa Angsawati ke hutan, untuk kemudian membunuh dan mengambil hatinya. Bila hati Angsawati berbau busuk berarti bayi dalam kandungan bukan anaknya, sedangkan bila berbau harum berarti bayi itu anak Basudewa.

Basusena menjalankan perintah raja Basudewa. Angsawati dibawa ke tengah hutan dan dibunuhnya. Hatinya diambil, dan setelah dicium ternyata berbau busuk. Basusena membawa hati itu kepada sang raja. Karena hati tersebut berbau busuk, raja percaya bahwa bayi dalam kandungan bukanlah anaknya.

Bathara Wisnu, Dewi Sri dan Bathara Basuki mengelilingi dunia guna mencari titisan raja Watugunung. Diketahuinya, raja Gorawangsa adalah titisan raja Watugunung. Maka Bathara Wisnu meminta Bathara Basuki agar menitis kepada raja Basudewa, untuk mengalahkan raja Gorawangsa.

Bathara Wisnu kembali ke kahyangan. Kepada Bathara Guru, ia minta ijin untuk menitis ke dunia, untuk membunuh titisan raja Watugunung. Bathara Guru memberi ijin, dan memberi tugas kepada Bathara Wisnu untuk mengadu ayah melawan anak, mengadu sesama saudara. Namun Bathara Wisnu tidak boleh ikut berperang, hanya diperkenankan terlibat dalam pembicaraan.

Bathara Wisnu menerima tugas tersebut tetapi mengajukan permintaan. Permintaan itu ialah bagi mereka yang bermusuhan supaya diperkenankan naik ke surga, supaya dirinya diperkenankan duduk di dua belah pihak, dan supaya disertai Bathara Basuki untuk bersama menitis ke dunia. Bathara Guru mengabulkan permintaan tersebut, lalu menyuruh Bathara Narada agar keberanian Wisnu dijelmakan kepada Arjuna. Sedang Bathara Wisnu diminta menjelma menjadi putra Basudewa.

Bathara Wisnu turun ke dunia bersama Dewi Sri. Senjata Cakranya dititipkan kepada awan yang dijaga dua dewa. Bathara Wisnu berpesan, bahwa senjata itu hanya boleh diambil Narayana. Selain Nayarana, tidak seorang pun berhak mengambilnya.

Raja Basudewa telah mempunyai putra. Ugraini telah melahirkan anak laki-laki berkulit putih, titisan Bathara Basuki. Anak itu diberi nama Kakrasana. Bathara Wisnu dan Dewi Sri merasuk ke jiwa raja Basudewa. Saat mereka merasuk, Basudewa bermimpi melihat matahari dan bulan. Matahari dan bulan itu kemudian bersatu.

Anak padmawati yang dibawa raja Gorawangsa diberi nama Kangsa. Setelah dewasa Kangsa menanyakan, siapa ibunya. Gorawangsa menjelaskan bahwa ibunya bernama padmawati, isteri Basudewa raja Mathura. Tetapi ibunya telah meninggal dunia, dibunuh oleh Basusena atas perintah raja Basudewa. Mendengar penjelasan Gorawangsa itu Kangsa ingin membalas kematian ibunya. Gorawangsa berpesan agar Kangsa menemui pamannya yang bernama Arya Prabu, adik Angsawati. Kangsa meninggalkan Jadingkik menuju ke Mathura.

Di Mathura Kangsa menemui Arya Prabu, lalu menyampaikan maksud kedatangannya. Arya Prabu berjanji akan membantunya. Mereka berdua menghadap raja Basudewa yang sedang dihadap Basusena dan warga Mandura.

Kangsa menyampaikan maksud kedatangannya, yakni ia akan membalas kematian ibunya. Terjadilah perkelahian antara Kangsa dengan Basusena. Basusena kalah, lalu melarikan diri. Raja Basudewa dimasukkan ke dalam penjara. Gorawangsa datang bersama pasukan raksasa. Kangsa lalu menduduki tahta kerajaan Mathura.

Basudewa berhasil melarikan diri bersama dengan Badraini yang sedang hamil dan Kakrasana yang masih kanak-kanak. Perjalanan mereka terhalang oleh Bengawan Erdura. Bathara Sakra datang menolong dan menyeberangkan mereka. Basudewa diminta mengungsi ke kademangan Widarakandang. Sang Bathara memberi tahu bahwa kelak Badraini akan melahirkan dua anak.

Di Widara kandhang Badraini melahirkan seorang bayi laki-laki dan dua orang perempuan, yang berkulit hitam. Sesuai pesan Bathara Sakra, Basudewa memberi nama kedua anaknya, Krishna dan Balarama. Sedangkan Badraini memberi nama yang seorang lagi, Subadra. Tiga anak itu diasuh oleh Ki Antagopa dan Ni Sagopi.

SIFAT RAJA KANGSA

Kangsa sangat menyayangi Dewaki seperti adiknya sendiri. Suatu hari Dewaki menikah dengan Basudewa. Saat mengiringi Basudewa dan Dewaki terdengar bisikan gaib bahwa salah satu putra Dewaki akan membunuhnya, karena khawatir dengan nyawanya Kangsa memenjarakan Dewaki dan Basudewa.

MEREBUT TAKHTA KERAJAAN

Setelah dewasa, Kangsa sangat berambisi untuk segera menggantikan Ugrasena sebagai raja di Mathura. Apalagi ia sering dihasut oleh orang kepercayaannya, yang bernama Banasura. Penasihatnya yang lain, yaitu Canur menyarankan agar Kangsa menikahi dua orang puteri Jarasanda raja Kerajaan Magadha, yang juga sahabat Banasura. Nama kedua putri itu adalah Asti dan Prapti.

Kangsa akhirnya berhasil menjadi menantu dan sekutu Jarasanda. Pasukan Magadha yang dikirim Jarasanda untuk mengawal kedua putri digunakan Kamsa untuk memaksa Ugrasena turun dari takhta Mathura. Ugrasena kemudian dijebloskan ke dalam penjara istana.

RAMALAN DARI DEWA

Kangsa memiliki sepupu bernama Dewaki yang dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Dewaki menikah dengan Basudewa dan pernikahan mereka dirayakan secara meriah oleh Kangsa. Tiba-tiba terdengar suara dari langit bahwa kelak Kabgsa akan mati di tangan anak Dewaki.

Karena panik, Kangsa pun menjebloskan Basudewa dan Dewaki ke dalam penjara. Setiap kali Dewaki melahirkan, Kangsa langsung membunuh bayinya. Hal ini berlangsung sampai enam kali. Pada kehamilan ketujuh, istri pertama Basudewa yang bernama Rohini datang menjenguk. Secara ajaib, kandungan Dewaki pun berpindah ke dalam rahim Rohini.

Pada kelahiran bayi kedelapan, tiba-tiba datanglah pertolongan dewata. Pintu penjara terbuka dan seluruh penjaga tertidur lelap. Basudewa pun dengan mudah membawa bayinya pergi untuk dititipkan kepada sahabatnya yaitu Nanda. Setelah itu, Basudewa membawa bayi perempuan anak Nandagopa kembali ke penjara.

Esok paginya, Kangsa datang ke penjara untuk membunuh bayi Dewaki yang baru lahir. Ketika melihat bayi tersebut ternyata perempuan, ia pun merasa menang atas ramalan dewata.

KEMATIAN RAJA KANGSA

Bayi yang dilahirkan oleh Rohini dan Dewaki masing-masing tumbuh menjadi pemuda bernama Balarama dan Kresna. Keduanya dibesarkan oleh pasangan Nanda dan Yasoda di lingkungan pedesaan. Kangsa akhirnya mengetahui keberadaan keduanya. Mereka pun diundang ke Mathura untuk menghadiri pesta perayaan.

Ketika keduanya tiba di Mathura, Kangsa mencoba untuk membunuh mereka. Namun ramalan dewata benar-benar menjadi kenyataan. Dalam sebuah perkelahian, justru Kresna yang berhasil membunuh Kangsa.


Demikianlah Info postingan berita Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas

terbaru yang sangat heboh ini Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas dan berita ini url permalinknya adalah https://cjdwto.blogspot.com/2017/09/sejarah-asal-usul-raja-kangsa-kamsa.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Asal Usul Raja Kangsa (Kamsa), dari lahir sampai Tewas"

Post a Comment